Jumat, 02 Mei 2008

Laporan Perjalanan II

cerita pun berlanjut...


Di hari Ketiga berangkat dari Pelabuhan Babang-Bacan kami kembali menaiki Kapal Halsel Express menuju Pulau Tidore. Dalam perjalanan menuju Pulau Tidore kegiatan diisi dengan quiz seputar sejarah kebaharian dan perdagangan rempah-rempah nusantara yang dilakukan secara berkelompok. Saya sendiri yang merupakan mahasiswa Ekonomi hanya bermodalkan sejarah yang diterima semasa SMA harus bersaing dengan mahasiswa lain yang sebagian besar berasal dari jurusan ilmu sejarah atau antropologi dan arkeologi. Perjalanan ke Pulau Tidore sangat lama, tapi kami cukup terhibur dengan kegiatan quiz tadi dan berkesempatan pula untuk menikmati laut Maluku Utara dari atas kapal. Saya sendiri sempat takjub melihat beberapa ekor lumba-lumba berenang muncul dan berloncatan di atas permukaan air, serta melihat banyak ikan terbang yang juga unjuk kebolehan di laut. Saat itu juga diumumkan 10 besar finalis lomba poster dan lomba penulisan makalah, alhamdullilah makalah saya yang berjudul “Memberdayakan Potensi Ekonomi Agraris dan Bahari sebagai Langkah Membangun Kepulauan Maluku” masuk sebagai 10 besar finalis.

Diatas kapal kami sebagian peserta berkumpul dan membuat permainan lempar pantun dan sambung menyambung kata. Permainan itu benar-benar seru, dimana kami pun bisa saling mengakrabkan diri. Sulit dibayangkan begitu banyak anak dari berbagai daerah dengan kebudayaan dan kebiasaan yang berbeda, dapat dengan mudah saling membaur dan bersahabat, ini merupakan salah satu bukti bahwa persatuan itu mudah diciptakan hanya saja perlu saling pengertian dan membudayakan pikiran yang positif terhadap orang lain.

Mendekati pelabuhan Pulau Tidore, kami disambut oleh pasukan Kapal Kora-Kora, yaitu kapal tradisional Maluku Utara yang dahulunya merupakan armada perang kerajaan. Di atas kapal Kora-Kora, ada sekelompok orang yang menarikan Tari Cakalela dengan senjata tradisional, berdasarkan keterangan teman dari Ternate tarian ini dulunya dimaksudkan sebagai sarana rekruitmen tenaga perang dan juga symbol perlawanan terhadap penjajah, tapi kini tarian itu dimaksudkan untuk menyambut tamu yang baru pertama kali datang ke Maluku Utara.


Di pulau Tidore kami dijamu makan siang oleh Walikota Tidore, disana akhirnya niat saya terlunaskan yaitu MAKAN PAPEDA. Papeda yang saya makan dipadukan dengan sayur ikan kuning, sayur lilin, dan Gohu (ikan tuna mentah dengan cabe, bawang, dan air jeruk nipis). Mulanya agak jijik melihatnya tapi setelah dimakan, ternyata taste papeda cocok dengan selera saya. Selain Papeda kami juga disuguhi sirup pala, yang rasanya mirip dengan jamu kunyit-asem, khas pulau Tidore dan berbagai kue tradisional setempat.

Tempat wisata sejarah yang kami kunjungi di Pulau Tidore adalah Makam Sultan Nuku dan Museum Sonie Malinge. Makam Sultan Nuku, yang merupakan salah satu Raja terbesar di Nusantara tidaklah terlalu besar, hanya berbentuk kompleks makam kecil saja tapi memang sangat dianggap istimewa oleh masyarakat setempat. Sedangkan Museum Sonie Malinge adalah museum untuk mengenang Sultan Nuku, didalamnya terdapat sejumlah barang peninggalan Sultan dan yang paling istimewa ada mahkota Sultan Nuku dimana disana tumbuh rambut yang selalu memanjang sehingga setiap Maulid nabi diadakan Upacara Pemotongan Rambut tersebut.

Perjalanan kami di Pulau Tidore berakhir di Pantai Rhum, dimana kami lagi-lagi dijamu oleh Walikota Tidore dengan berbagai tarian dan nyayian juga suguhan makanan tradisional. Dari kediaman Walikota Tidore menuju Pantai Rhum, kami disuguhi pemandangan alam yang menakjubkan, pantai yang sangat indah dan benar-benar menggoda untuk dicoba, sayang perjalanan kami dalam AJARI ini tidak memasukan agenda bermain di laut atau pantai. Di Pantai Rhum mula-mula dibawakan tarian oleh seorang penari cantik dengan permainan payungnya dan beberapa orang penari pendamping, yaitu Tari Tujuh Putrih. Selesai tarian, kami disuguhkan atraksi Bambu Gila, yaitu bamboo panjang yang diberi mantera sehingga memiliki kemampuan seperti magnet dan nantinya ada sekitar 5 orang yang akan memegang bambu itu dan menahan geraknya.

Inilah saat yang paling berkesan dari pertemanan kami sesama peserta AJARI, yaitu saat di Pantai Rhum seorang penyanyi lokal mengajak kami semua berjoget bersama ditengah guyuran hujan. Tanpa malu semua anak berjoget bersama-sama, dan ditutup dengan nyanyi bareng-bareng lagu perpisahan di pimpin oleh Amru, peserta dari Ternate.

Selamat jalan.selamat jalan..pulau tidore… torang datang dari rantau so rindu mo bakudapa torang orang basudara sioo…mari kumpul rame-rame di pulau tidore, deng bacarita sejarah tempo dulu, sioo sayangee..torang inga torang pe kisa, sampai hari tua, air mata tatumpa…”

Cerita akan berlanjut dengan perjalanan ke Jailolo, menjelajahi Ternate, dan saat-saat perpisahan.


2 komentar:

Princess_Kirara mengatakan...

Tidore..salah 1 tempat addictive,pengennya datang lagi,lagi,lagi ! Bikin saya dikira lagi gila lagi..(opo to iki?)

Martha-Happy mengatakan...

emang tidore tempat paling gokil selama perjalanan kemaren, ngangenin..
ayo fik posting disini..